POLA PERTUMBUHAN ANAK GIZI BURUK

Gizi buruk, yang didefinisikan WHO sebagai keadaan berat badan (BB) yang amat kurang terhadap tinggi badan (TB) atau sangat amat kurus (severe wasting), akan menurunkan kualitas hidup generasi bangsa. Gizi buruk  baik dengan adanya edema (pembengkakan akibat ketidakseimbangan cairan) ataupun tidak edema menunjukkan kelalaian jangka panjang dari berbagai pihak. Hal ini dikarenakan timbulnya gizi buruk bersifat kronik atau terjadi dalam waktu yang lama. Secara sederhana, penyebab langsung gizi buruk ialah kekurangan makanan dan tingginya infeksi. Kekurangan makanan dan adanya infeksi dalam waktu sehari atau dua hari tidak akan menyebabkan anak gizi buruk, tetapi dalam waktu minggu, bulan ataupun tahun tanda-tanda gizi buruk mulai tampak. Selama masa waktu itu, kemana pemerintah? kemana LSM? kemana kita?

Kejadian terhangat tentang gizi buruk ialah Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Asmat, Papua Selatan. Seperti disampaikan oleh Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Amar Pada tanggal 24 Januari 2018, bahwa terdapat angka berkisar 10.000-15.000 anak yang mengalami gizi buruk. Sebenarnya ada satu (1) saja kasus gizi buruk sudah dapat dinyatakan KLB. Apalagi puluhan ribu anak? Ingat sifatnya walau cuma satu saja, tapi itu menandakan kelalaian kita selama menahun. Tulisan ini tidak akan membahas apa penyebab terjadinya gizi buruk tetapi setelah anak gizi buruk ini diatasi, bagaimana masa depan mereka? Gangguan apa yang terjadi jika anak mengalami gizi buruk? Apakah pertumbuhan mereka bisa menjadi normal?

Menurut Soeter dari Maastricht University Medical Centre, Neherland (2016), anak gizi buruk akan mengalami perubahan komposisi tubuh dan perubahan fungsi kognitif, fungsi imun, dan fungsi otot. Perubahan-perubahan tersebut dikarenakan anak gizi buruk mengalami proses katabolisme (pemecahan zat gizi, terutama protein) sehingga terjadi penurunan massa otot, dan peningkatan infeksi/inflamasi. Perubahan fungsi kognitif anak berkaitan dengan perkembangan otak. World Bank (2006) dalam laporannnya menyinggung bahwa anak yang kurang gizi akan tidak optimal perkembangan gray matter (bangunan otak)nya sehingga menurun tingkat kecerdasannya. Anak gizi buruk juga mengalami perubahan mikrobiota usus. Jurnal Functional characterization of IgA-targeted bacterial taxa from undernourished Malawian children that produce diet-dependent enteropathy oleh Kau et al. (2015) mengatakan bahwa mikrobiota Enterobacteriaceae yang berinteraksi dengan Enterococcus dan Bacteroides akan memproduksi enteropati (penyakit pada usus). Adanya enteropati akan berpengaruh pada absorbsi makanan yang kurang maksimal. Perubahan metabolisme zat gizi makro dan perubahan mikrobiota usus mengakibatkan kebutuhan energi anak gizi buruk meningkat. Anak gizi buruk memiliki beban ganda (double burden) yang harus dipenuhi oleh tubuhnya, yaitu pemenuhan energi untuk peningkatan berat badan dan untuk tumbuh kejar tumbuh (catch-up growth). Apabila proses catch-up growth tidak terpenuhi, konsekuensinya adalah anak mengalami stunting (postur pendek).

Apakah anak gizi buruk masih bisa tumbuh? Jawabannya adalah iya. Pada dasarnya anak mengalami pertumbuhan sampai anak menginjak usia dewasa. Akan tetapi, anak gizi buruk akan memiliki pola pertumbuhan yang kurang optimal (growth faltering/ failure to thrive). Menurut Government of West Australia Department of Health, growth faltering merupakan terminologi yang saat ini lebih sering digunakan untuk menggantikan termonologi failure to thrive. Pengertian failure to thrive adalah penurunan pertambahan berat badan pada anak sehingga anak tidak bisa mencapai berat badan pada periode tertentu, yang disebabkan oleh penyakit atau yang lainnya.  Periode 1000 hari pertama kehidupan merupakan periode petumbuhan paling cepat, sehingga periode tersebut disebut dengan golden age. Apabila terjadi gizi buruk pada masa golden age, masih terdapat satu masa dimana anak akan mengalami pertumbuhan yang cepat (growth spurt). Growth spurt/ pubescent spurt merupakan pertumbuhan yang sangat cepat baik pada tinggi badan, berat badan, lemak tubuh (pada wanita), dan massa otot (pada laki-laki) yang terjadi mulai umur 10-13 tahun pada anak (laki-laki maupun perempuan). Growth spurt/ pubescent spurt juga merupakan periode dimana ciri-ciri seks sekunder mengalami pematangan. Pada laki-laki, rata-rata laju pertumbuhan maksimum tinggi badan selama periode growth spurt adalah 8,5-11 cm per tahun, sedangkan pada perempuan 7,1-9,3 cm per tahun, sehingga perbedaan inilah yang menjadikan ukuran tubuh laki-laki lebih besar daripada perempuan.

Anak gizi buruk akan mengalami kegagalan pencapaian titik pertumbuhan pada periode tersebut. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa anak yang memiliki riwayat gizi buruk berkemungkinan besar memiliki approachment pertumbuhan dibawah rata-rata anak yang tidak memiliki riwayat gizi buruk walaupun sudah dilakukan usaha catch-up growth secara maksimal. Catch-up growth merupakan periode selama tubuh berusaha untuk kembali pada pola pertumbuhan anak semestinya. Walaupun demikian, penanganan anak gizi buruk merupakan hal yang sangat krusial untuk meminimalisasi efek-efek gizi buruk baik efek jangka pendek maupun jangka panjang. Diantara cara meminimalisirnya ialah memastikan setelah lolos fase rehabilitasi, sang anak terus menerus sampai akhir remaja, mendapatkan asupan, layanan kesehatan dan monitoring-evaluasi yang cukup.

 

Oleh: Luthfia Dewi1 & Dudung Angkasa1,2

1Divisi Sains ISAGI

2Program Studi Ilmu Gizi, FIKES, Universitas Esa Unggul

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *