Mengapa Ahli Gizi diperlukan?

Tingginya kejadian malnutrisi di Rumah Sakit memerlukan fokus perhatian untuk mengatasi hal tersebut. Peran tenaga kesehatan khususnya AHLI GIZI sangat penting dalam memberikan penanganan yang tepat pada kejadian malnutrisi di Rumah Sakit.

Ahli Gizi merupakan tenaga gizi yang telah diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2013 yaitu Technical Registered Dietesien, Nutrisionis Registered, dan  Registered Dietetien. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, para ahli gizi ini dapat memberikan pelayanan gizi dalam bentuk konseling, pengkajian gizi sampai dengan membuat preskripsi diet. Peran ahli gizi dan kerja sama tim tenaga kesehatan lain ini dapat menjadi kunci keberhasilan dalam menurunkan kejadian malnutrisi di rumah sakit.

Menurut Tony Arjuna, penggiat gizi dan saat ini menempuh pendidikan doktor dalam bidang gizi di Australia mengatakan “ Kejadian malnutrisi di rumah sakit tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di Australia, Amerika Serikat, Kanada, UK dan negara-negara di eropa lainnya berdasarkan penelitian 6 tahun terakhir, angka malnutrisi RS (khususnya on admission) berkisar 30-45 %”. Tony menambahkan bahwa pada bangsal (ruangan) tertentu secara kondisi medis cenderung menyebabkan malnutrisi, seperti ICU dan Kanker yang prevalensinya sampai 65%.

Peran ahli gizi atau dietesien di negara-negara maju sangat berguna. Asutralia, Amerika Serikat dan Kanada memprioritaskan jalan keluar menekan angka malnutrisi dengan cara melakukan identifikasi dini dan intervensi gizi yang efektif. Hasilnya sangat signifikan dan membuktikan peran ahli gizi dietesien sangat efektif untuk menurunkan angka malnutrisi di rumah sakit.

Lain halnya yang terjadi di Indonesia, kejadian malnutrisi masih sangat tinggi dan upaya penurunan pun terus dilakukan. Tetapi tidak sedikit pihak yang menyalahkan bahwa ahli gizi tidak dapat menyelesaikan masalah ini sehingga perlu peran pihak lain. Memang benar, penyelesaian masalah gizi bukan hanya peran ahli gizi tetapi peran tim tenaga kesehatan yaitu dokter, perawat, ahli gizi, farmasi dan tenaga lainnya.

Untuk menjalankan perannya, ahli gizi harus menguasai kompetensinya. Toni juga berpendapat bahwa “Untuk meningkatkan kompetensi ahli gizi perlu upaya-upaya yaitu; penguatan internal organisasi profesi gizi, update keilmuan bagi dietesien, dan meningkatkan peran generasi muda di organisasi profesi gizi”.

Sebagai kesimpulan Ahli Gizi merupakan pemegang kunci dalam penanganan masalah gizi di rumah sakit. Peningkatan dan kebaruan ilmu bagi ahli gizi sangat dianjurkan sehingga tidak adak pihak lain yang meng-klaim­ otoritas dan tugas ahli gizi. Di luar negeri (negara maju) ahli gizi sangat dihargai dan peran mereka sangat penting.

A Dietetian serve as primary authority on “all things nutrition” in hospital.

Referensi:

  • Tappenden KA, et al. Critical Role of Nutrition in Improving Quality of Care:An Interdisciplinary Call to Action to Address Adult Hospital Malnutrition. J Acad Nutr Diet, 2013; 113:1219-1237.
  • Walton KL. Treating malnutrition in hospitals: dietitians in the driving seat?. Nutrition & Dietetics, 66(4), 2009, 202-205
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *