Hari Gizi Nasional 2018: Gizi Buruk, Stunting, 1000 HPK dan Pekan Konseling Gizi Nasional
Pada tanggal 25 Januari setiap tahunnya kita merayakan Hari Gizi Nasional (HGN). Sejarah lahirnya HGN dimulai sejak tahun 1960. Tanggal 25 Januari dipilih bukan tanpa alasan, pada tanggal ini pertama kali berdiri institusi pendidikan gizi atau dikenal dengan Sekolah Juru Penerang Makanan. Selanjutnya dijadikan tanggal perayaan HGN.
Tahun ini (2018) menjadi sangat spesial dimana momentum perayaan HGN ke-58 dimulai dengan kejadian luar biasa (KLB) gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua. Menurut berbagai sumber 60 lebih anak mengalami masalah kesehatan termasuk gizi buruk. Masalah akses menjadi “kambing hitam” kejadian ini.
Sumber foto: kompas.com
Kejadian di Asmat merupakan satu contoh dari puluhan fenomena “gunung es” di daerah lainnya. Pemerintah dan seluruh elemen terkait harus mengambil tindakan pencegahan yang cerdas. Tahun 1998, UNICEF menyampaikan bahwa masalah gizi dapat disebabkan langsung oleh kurangnya asupan dan atau penyakit infeksi, namu dibalik semua itu terdapat penyebab utama dan akar masalah yaitu masalah ekonomi dan politik. Ekonomi berkaitaan dengan banyak hal pendidikan, pekerjaan, akses dan lainnya. Melihat wajah Indonesia saat ini dengan pertumbuhan GDP 5,1% tahun 2017 (Bank Dunia) sangatlah tidak wajar jika terjadi KLB. Pendapat ini ternyata telah didukung oleh pemerintah dimana pada 28 Februari 2017 lalu mengatakan “Jangan sampai ada lagi yang namanya gizi buruk. Tidak ada anak yang sepantasnya kekurangan gizi di negara berpendapatan menengah seperti sekarang ini”.
Bertolak belakang dengan KLB, kembali ke perayaan HGN yang sangat meriah di berbagai daerah. HGN tahun ini memiliki tema “Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi” degan sub tema “Mewujudkan Kemandirian Keluarga dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk Pencegahan Stunting”. Pekan Konseling Gizi Nasional menjadi senjata untuk “mengatasi” masalah gizi (stunting) dalam perayaan ini. Stunting merupakan masalah gizi akibat investasi gizi jelak pada masa lalu. Anak-anak yang mengalami stunting akan diprediksi terjebak dalam kemiskinan. Untuk menyelamatkan anak stunting perlu perbaikan gizi pada 1000 HPK.
Sumber foto: rayapos.com
Di balik semua kegiatan yang dilaksanakan, maka sebaiknya dilakukan monitoring dan evaluasi. Hal ini bertujuan mengukur seberapa efektif dan berhasil perayaan HGN ini. Setiap tahun kita merayakan HGN, mempunyai program-program yang baik, namun kita tidak melihat outcome dari perayaan ini. Masyarakat kita terlalu senang dengan “ceremony” sehingga terlelap dan terbangun tanpa evaluasi hari kemarin.
Selamat Hari Gizi Nasional ke-58 tahun 2018. “Bersama Keluarga Kita Jaga 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)”.
Penulis: Muhammad Nur Hasan Syah
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!